Beranda | Artikel
Bab Manisnya Iman
Minggu, 16 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bab Manisnya Iman adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan الجمع بين صحيحين (Al-Jam’u Baina As-Sahihain), sebuah kitab yang berisi Kumpulan shahih Bukhari dan Muslim karya Syaikh Yahya bin Abdul Aziz Al-Yahya. Pembahasan ini disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 1 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 09 Desember 2018 M.

Download Kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain – Format PDF di sini

Download mp3 kajian sebelumnya: Keutamaan Orang Yang Masuk Islam dari Ahlul Kitab

Kajian Tentang Bab Manisnya Iman – Al-Jam’u Baina As-Sahihain

Pembahasan kali ini sampai pada hadits ke-18 halaman 11 pada  kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ “

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu , dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Ada tiga perkara yang apabila tiga perkara tersebut ada pada diri seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) Allah dan Rasal-Nya lebih ia cintai dari segala-galanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, tidak ia cintai kecuali karena Allah saja. (3) Ia tidak mau kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam Api.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini adalah hadits yang agung, namun untuk mengaplikasikan dalam kehidupan kita tidaklah mudah. Karena memiliki konsekuensi yang agung juga. Kata Rasulullah, “Ada tiga perkara siapa yang tiga perkara ini ada pada seseorang, dia akan merasakan manisnya iman.” Maksudnya yaitu merasa lezat dengan iman yang konsekuensinya kita merasa lezat dengan ketaatan, kita merasa lezat dengan munajat, maka kalau kita merasa lezat dengan dzikir, dengan shalat, berarti kita sudah merasakan manisnya iman.

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan manisnya iman Ini? Kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Pertama, mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segala-galanya. Hal ini tidak mungkin bisa kita raih kecuali dengan betul-betul mengenal Allah dan Rasul-Nya, betul-betul kita berilmu tentang Allah, tentang namaNya, tentang sifatNya, betul-betul berilmu tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab kalau kita tidak berilmu tentang Allah bagaimana akan tumbuh cinta? Kita hanya mengenal sebatas nama, tidak akan tumbuh cinta. Kalau kita bertemu dengan orang misalnya lalu hanya tahu sebatas nama, dimana tinggalnya, tidak akan tumbuh cinta. Tapi ketika kita semakin tahu bagaimana sifatnya. Ternyata orangnya bagus, ternyata akhlaknya masyaAllah, mulai pada waktu itu cinta muncul.

Kita kalau baru bertemu sekali dua kali, belum tumbuh cinta. Tapi ketika kita lama bergaul dan dia kita tahu bagaimana kelebihan-kelebihannya yang ada padanya, baru tumbuh cinta. Maka untuk mencintai Allah, kita membutuhkan ma’rifatullah (mengenal Allah subhanahu wa ta’ala). Mengenal namaNya, mengenal sifat-sifatNya, mengenal perbuatanNya, mengenal kasih sayangNya. Maka kalau kita betul-betul sudah mengenal Allah, bagaimana kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala yang besar kepada hamba-hambaNya, baru muncul cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Cinta ini biasanya akan teralisasi didalam amal kehidupan sehari-hari. Yang jadi pertanyaan bagaimana caranya mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kita dari segala-galanya?

Cara Mencintai Allah

1. Menuntut ilmu tentang Allah dan Rasul-Nya

Ilmu tentang Allah dan Rasul-Nya adalah ilmu yang paling agung. Allah memperkenalkan dalam Al-Quran tentang diriNya dalam ayat-ayat dan surat yang banyak. Diantaranya surat Al-Ikhlas, diantaranya ayat kursi, diantaranya surat Al-Fatihah. Demikian pula Allah memperkenalkan kepada hamba-hambaNya tentang nikmat-nikmatNya. Dalam surat An-Nahl, banyak sekali.

Allah memperkenalkan kepada kita tentang makhluk-makhluk yang Allah ciptakan. Dalam surat Ar-Rum Allah menyebutkan tentang ayat-ayatNya. Demikian pula dalam surat Al-Kahfi dan yang lainnya.

Kenapa Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an mengingatkan tentang kenikmatan-kenikmatan Allah kepada hamba-hambaNya? Karena dengan kita semakin mengingat nikmat Allah, maka akan semakin tambah cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala. “Antum aja kalau ada orang yang sering ngasih ke antum, tiap hari ngasih duit, semua kebutuhan antum diperhatikan. Bayangkan kalau misalnya ada orang saking baiknya sama Antum, sampai Antum dikasih rumah, dikasih mobil, rasanya gimana mas? Ana yakin Antum kalau ketemu sama dia masyaAllah berterima kasih, saking baiknya dia sama kita, kita jadi suka sama dia. Iya tidak Pak?

Sehingga rasa cinta yang muncul kepada dia itu karena adanya nikmat yang diberikan kepada kita. “Gimana rasanya Pak, kalau Antum punya teman yang selalu memperhatikan kebutuhan Anutm? Antum lagi butuh duit buat berobat dikasih duit sama dia, Antum lagi butuh kendaraan buat ngaji disediakan sama dia, kira-kira Antum lama-lama suka nggak sama dia? Pasti iya.” Kenapa Allah mengingatkan kenikmatan-kenikmatan Yang banyak kepada manusia? Tujuannya supaya kita ini mencintai Allah.

Maka dari itu Allah mengingatkan kenikmatannya kepada Bani Israil.

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ…

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu,..” (QS. Al-Baqarah[2]: 40)

Kenapa kita disuruh mengingat nikmat-nikmatNya? Agak dengan mengingat nikmat Allah, muncullah cinta kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tapi aneh kalau ada manusia yang semakin dikasih nikmat banyak sama Allah, semakin tidak cinta kepada Allah. Ada orang semakin diberikan kekayaan, kelebihan harta, maka semakin sombong kepada Allah, semakin jauh kepada Allah. Apa sebabnya? Sebabnya ia tidak mau mengingat nikmat Allah. Ia merasa semua kenikmatan tersebut adalah hasil jerih payahnya dia saja. Lihat si Karun. Jangan tanya kekayaannya bagaimana. Tapi si Karun merasa harta yang dia miliki itu karena kecerdasan dia, kepintaran dia, hasil usaha dia, jerih payah dia saja.

إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي ۚ …

Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku..” (QS. Al-Qashash[28]: 78)

Dia lupa bahwa itu adalah nikmat dari Allah. Makanya jika orang semakin lupa akan nikmat Allah, semakin jauh dari Allah. Semakin dia lupa akan nikmat Allah kepada dia, dia akan semakin kurang cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tapi Ketika semakin seseorang mengingat bahwa ini nikmat Allah, nikmat Allah, nikmat Allah, apalagi kalau kita bisa melihat orang yang lebih rendah, yang lebih susah hidupnya dari kita, sehingga kita merasa masyaAllah, Alhamdulillah, disitu akan muncul rasa cinta kepada Allah.

Maka mengingat nikmat Allah termasuk perkara yang bisa menyebabkan kita cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mengakui bahwa itu nikmat dari Allah, maka itu akan menyebabkan kita cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Mentadabburi Ayat-AyatNya

Sebab kalau kita mentadaburi ayat-ayat Al-Quran, masyaAllah. Kata Sahl bin Abdillah At-Tustari, “Tanda orang yang mencintai Allah adalah mencintai Al-Quran yang merupakan firman-firman Allah subhanahu wa ta’ala.

“Sekarang Pak, Al-Qur’an itu kan surat dari Allah, surat cinta kepada hamba-hambaNya. Kalau Antum mendapatkan surat cinta dari orang yang paling Antum cintai, rasanya gimana? Ketika kita mendapatkan surat cinta dari orang yang paling kita cintai pasti kita akan baca berulang-ulang, nggak bosan-bosan. Kita merasa senang, kita mencintai Allah. Maka kata Sahl bin Abdillah At-Tustari, ‘tanda orang yang mencintai Allah itu akan terlihat dia akan cinta kepada firman-firmanNya, Al-Qur’anul Karim.’ Dia merasa senang mentadabburinya, membacanya, masyaAllah. Kalau kita selalu membaca Al-Quran terus Pak, tumbuh rasa cinta kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Makanya jangan sampai hari-hari kita kosong dari membaca Al-Quran. Jadikan hari-hari kita dihiasi dengan baca Al-Quran.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ

Siapa yang berhasil membaca 100 ayat dalam satu malam, maka seakan-akan ia shalat semalam suntuk.” (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan para sahabatnya untuk membaca Al-Quran. Maka para sahabatnya pun berusaha berlomba-lomba untuk membaca Al-Qur’an. Hari-hari mereka tidak lepas dari membaca Al-Quran.

3. MentauhidkanNya dan Menjauhkan Kesyirikan

Seseorang yang semakin mentauhidkan Allah dan menjauhkan kesyirikan, maka akan semakin kuat cinta dia kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tapi semakin seseorang jauh dari tauhid bahkan jatuh kepada syirik, maka semakin dia jauh dari cinta kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kaum musyrikin mencintai tandingan itu seperti mencintai Allah.  Orang musyrikin mencintai Allah, tapi ada sesuatu yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّـهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّـهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ ۗ …

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah…” (QS. Al-Baqarah[2]: 165)

Orang musrikin mencintai Allah, tapi masalahnya ada tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Maka kalau cinta kita kepada sesuatu seperti mencintai Allah, ini adalah syirik besar yang bisa mengeluarkan kita dari Islam.

Maka dari itu hati-hati. Disana ada perkara yang bisa menyebabkan cinta kita berkurang.  Apa saja yang bisa menyebabkan cinta kita kepada Allah berkurang?

  1. Mempertuhankan hawa nafsu.
    Orang yang mempertuhankan hawa nafsu, ia akan kehilangan cinta kepada Allah. Bahkan hatinya telah dikunci mati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Makanya Allah menganggap orang yang mengikuti hawa nafsu adalah orang yang paling sesat di dunia ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

    ..وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّـهِ ۚ ..

    “..Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun..

  2. Maksiat
    Semakin seseorang banyak berbuat maksiat, maka semakin berkurang rasa cintanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena cinta Allah dengan cinta maksiat tidak akan bertemu. Semakin seseorang asyik dengan maksiat, semakin ia kurang cintanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan Allah tidak ridha disamakan cinta Allah dengan cinta maksiat.
    Orang yang mencintai Allah pasti akan cinta ketaatan. Maka orang yang senang berbuat maksiat akan semakin sirna rasa cinta dia kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
  3. Cinta Dunia dan Syahwat
    Orang yang semakin cinta dunia, cinta syahwat berupa harta, kedudukan, wanita, tahta, maka akan semakin berkurang cintanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hati manusia itu bagaikan bejana (wadah). Oleh karena itu, hati yang terbaik adalah hati yang paling banyak memuat ilmu.“Yang namanya bejana, kalau dipenuhi dengan tanah, apa yang ada di dalamnya akan keluar. Semakin dipenuhi oleh sesuatu, ia akan menolak yang lainnya. Demikian pula hati kita, ketika semakin dipenuhi cinta dunia, maka cinta kepada akhirat dan cinta kepada Allah pun akan berkurang. Walaupun lisannya berkata, ‘saya cinta Allah.’ Karena cinta itu bukan sebatas pengakuan lisan. Hakikat cinta terlihat dalam perbuatan.

Simak penjelasannya pada menit ke – 19:45

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download MP3 Kajian Tentang Bab Manisnya Iman – Al-Jam’u Baina As-Sahihain


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45475-bab-manisnya-iman/